Pagi sekali saya diantar ke Stasiun Lempuyangan oleh kawan baru saya, Novi. Sampai jumpa kembali, Jogja.
Biasanya yang ada cerita aneh-aneh ini justru di dalam kereta. Sri Tanjung ini kereta jurusan Banyuwangi-Jogja PP. Berangkat pukul 07.15 dari Jogja, dan jadwal tiba di Jember pukul 19.26. Ya, sekitar 10 jam-an, lah. Dan beruntung saya duduk dengan seorang perempuan berusia 30an, seorang Ibu muda, yang berasal dari Jogja dan akan ke Jember juga. Syukurlah, Mbak Dian ini ramah dan asyik diajak ngobrol. Tentu saja, tempat duduk inilah menurut saya yang menentukan apakah perjalanan kita menyenangkan atau tidak.
Di kursi depan saya, duduk seorang ibu dengan anak perempuannya yang kira-kira masih 5 tahun. Si ibu ini nampak pendiam, menyendiri di tempat duduk lain saat tempat duduk lain tersebut masih kosong. Penilaian awal saya, agak gimana gitu. Tetapi lama kelamaan, dengan mencoba memulai obrolan dengan ibu ini, nampaknya tidak seburuk yang saya pikir.
“Kita sebagai manusia kadang memang suka menilai orang sekilas tanpa tahu karakter aslinya bagaimana. Impresi awal yang buruk saya pikir adalah wajar, tetapi jangan sampai mengubah sikapmu untuk berbuat baik pada orang tersebut, kecuali jika memang pada akhirnya tetap tidak menyenangkan, kamu boleh bersikap tak acuh.”
Tidak ada hal aneh selama perjalanan, kecuali setelah ada bapak-bapak yang baru datang dengan hal tidak menyenangkan yang ia bawa. Bapak ini bau kaki. Oh, Tuhan.
Bapak ini datang dengan bersepatu. Lalu di tengah perjalanan, ia membuka sepatunya, dan wewangian busuk itu pun menyebar. Herannya, Bapak ini santai-santai saja. Bodohnya, saya tidak menegur bapak tersebut, padahal saya punya hak, sih menurut saya. Dan tanpa sadar, penumpang sebelah saya nyeletuk, “Kok kayak bau kaos kaki, ya?”
Saya membatin, “Cocok, lah!! Semoga bapak ini mendengar.”
Tapi apa? Bapak ini pakai sedang earphone. Fine!
Dengan bermaksud mencari suasana segar, saya pura-pura pamit ke kamar mandi pada Mbak Dian. Tetapi, sampai di lorong toilet, saya berdiri di samping jendela. Dan hal itu keterusan sampai entah berapa banyak orang yang ngobrol dengan saya dari kakek-kakek hingga petugas kebersihan yang tak protes saya terus berdiri di samping toilet karena alasan bau kaki di sana. Tak ada kursi kosong yang bisa saya tempati, bahkan di gerbong lain.
Pukul 19.26 Sri Tanjung sampai di Jember, dengan satu penumpang perempuan memilih tidak duduk sama sekali dari Probolinggo hingga Jember. Selamat datang kembali.
![]() |
See you next time, Lempuyangan :* |
Biasanya yang ada cerita aneh-aneh ini justru di dalam kereta. Sri Tanjung ini kereta jurusan Banyuwangi-Jogja PP. Berangkat pukul 07.15 dari Jogja, dan jadwal tiba di Jember pukul 19.26. Ya, sekitar 10 jam-an, lah. Dan beruntung saya duduk dengan seorang perempuan berusia 30an, seorang Ibu muda, yang berasal dari Jogja dan akan ke Jember juga. Syukurlah, Mbak Dian ini ramah dan asyik diajak ngobrol. Tentu saja, tempat duduk inilah menurut saya yang menentukan apakah perjalanan kita menyenangkan atau tidak.
Di kursi depan saya, duduk seorang ibu dengan anak perempuannya yang kira-kira masih 5 tahun. Si ibu ini nampak pendiam, menyendiri di tempat duduk lain saat tempat duduk lain tersebut masih kosong. Penilaian awal saya, agak gimana gitu. Tetapi lama kelamaan, dengan mencoba memulai obrolan dengan ibu ini, nampaknya tidak seburuk yang saya pikir.
“Kita sebagai manusia kadang memang suka menilai orang sekilas tanpa tahu karakter aslinya bagaimana. Impresi awal yang buruk saya pikir adalah wajar, tetapi jangan sampai mengubah sikapmu untuk berbuat baik pada orang tersebut, kecuali jika memang pada akhirnya tetap tidak menyenangkan, kamu boleh bersikap tak acuh.”
Tidak ada hal aneh selama perjalanan, kecuali setelah ada bapak-bapak yang baru datang dengan hal tidak menyenangkan yang ia bawa. Bapak ini bau kaki. Oh, Tuhan.
Bapak ini datang dengan bersepatu. Lalu di tengah perjalanan, ia membuka sepatunya, dan wewangian busuk itu pun menyebar. Herannya, Bapak ini santai-santai saja. Bodohnya, saya tidak menegur bapak tersebut, padahal saya punya hak, sih menurut saya. Dan tanpa sadar, penumpang sebelah saya nyeletuk, “Kok kayak bau kaos kaki, ya?”
Saya membatin, “Cocok, lah!! Semoga bapak ini mendengar.”
Tapi apa? Bapak ini pakai sedang earphone. Fine!
Dengan bermaksud mencari suasana segar, saya pura-pura pamit ke kamar mandi pada Mbak Dian. Tetapi, sampai di lorong toilet, saya berdiri di samping jendela. Dan hal itu keterusan sampai entah berapa banyak orang yang ngobrol dengan saya dari kakek-kakek hingga petugas kebersihan yang tak protes saya terus berdiri di samping toilet karena alasan bau kaki di sana. Tak ada kursi kosong yang bisa saya tempati, bahkan di gerbong lain.
![]() |
perempuan payah -__- |
Pukul 19.26 Sri Tanjung sampai di Jember, dengan satu penumpang perempuan memilih tidak duduk sama sekali dari Probolinggo hingga Jember. Selamat datang kembali.
Post a Comment
Silakan tinggalkan jejak di sini :)