Stand Up Gunung 2017 Sukses Membikin Kagum

Kalau bukan karena acara ini, saya tidak akan ada alasan pergi ke Yogyakarta. Sama seperti tahun lalu, di Standup Gunung 2016 yang dilaksanakan bulan November, membikin saya ingin jalan kembali.

suasana salah satu kelompok tenda 


Malam sebelum pergi ke Lereng Merapi, tempat di mana Standup Gunung dilaksanakan, saya merasa sangat lelah. Sejak sesampai di stasiun Lempuyangan, Jogja hingga penginapan, kepala terasa berat, pusing, dan flu sedikit menyerang. Entah kenapa motivasi saya rasanya berkurang, seperti tidak ada yang ingin saya temui di sana, mendadak biasa saja.

Singkat cerita, esok paginya saya sampai juga di Bumi Perkemahan Wonogondang dengan nebeng kawan di jogja yang juga ikut nonton. Suasana gerimis berkabut menyambut kami di sana.

Standup Gunung yang kedua ini benar-benar berbeda dari yang tahun lalu. Mulai dari pendirian tenda, rundown acara, penampil, panggung, banyaknya peserta, hingga stand makanan yang ada. Sempat membatin untung jadi dateng, kalau enggak, mungkin bakal nyesel. Hehehe...

poster standup gunung via IG @standupgunung


Tahun lalu, pendirian tenda dilakukan bersama-sama dengan peserta dibantu panitia. Nomor tenda pun baru tahu saat sudah registrasi di tempat. Sedangkan StandUp Gunung 2017, saat peserta datang, tenda sudah siap, tinggal ditempati saja, lalu ketemu teman baru, deh. Bahkan nomor tenda sudah diumumkan sebelum event. Entah sampai berapa peserta, yang jelas saya saja kebagian nomor tenda 250 (setiap tenda berisi 4 orang). Itu masih yang peserta camping, belum yang cuma nonton. Salut lah! Sepertinya tahun ini benar-benar matang persiapannya, ya. Wah..

Ramainya standupgunung 2017 via Twitter @standupgunung

Sewaktu peserta datang dan registrasi, langsung dapat gelang dan rundown acara. Jadi, jam ini ngapain jam ini show apa sudah tertera jelas. Kalau tahun lalu masih agak kurang terjadwal menurut saya.

Baca di >>  Stand Up Gunung 2016: Kawan, Cerita, dan Awal Baru

Standup Gunung ini dikonsep tidak ada batas antara penonton dan penampil. Dan terbukti, tahun ini makin terasa bagi saya, antara penonton sebagai orang-orang biasa macam saya bisa ngobrol, papasan, dan nggak ada yang membatasi dengan para standup comedian. Dan nggak tahu kenapa, justru dengan begini saya merasa tidak ada keinginan untuk minta foto ke sana ke mari dengan siapa dengan siapa. Cukup duduk diam nonton. Bahkan sekelas Koh Ernest, juga Bang Ge Pamungkas, malam itu duduk santai di depan saya dan saya nggak minta foto. Sebuah kagum yang mendiamkan. Ahaha...

suasana panggung siang hari via Twitter @standupgunung

Pokoknya, acara stand up gunung tahun ini ramai banget. Banyak stand makanan dan kafe juga. Panggung dan tempat nontonnya lebih lebar. Lebih ciamik rasanya.

Ah, untung bisa nyamperin abang Arie idola yang baik hati ini. Sempat minta foto juga. Karena saya lagi flu dan dingin sekali saat itu, abang negur, "masa kamu mau foto pakai masker begitu?"

*oh my God :D , lupa Bang. "ehehe... "

Panggung malam hari yang kece via dokumen Mba Fitri

Kalau tahun depan ada lagi, boleh lagi, dong?

Post a Comment

Silakan tinggalkan jejak di sini :)

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates