Yang pernah nonton film Ada Apa dengan Cinta? 2 mungkin masih ingat dialog antara Rangga dan Cinta tentang travelling dan liburan.
Cinta (C) : "Gila ya, kamu. Kok nekat gitu, sih?"
Rangga (R) : "Itu bedanya orang yang sedang travelling sama yang sedang liburan."
C : "Apa bedanya?"
R : "Kalau orang yang sedang liburan, kebanyakan biasanya mereka bikin jadwal yang pasti, pergi dan tinggalnya di tempat yang nyaman. Terus ke tempat-tempat yang bagus buat foto-foto."
C : "Ya, iyalah. Namanya juga liburan."
R : "Kalau suka travelling, kita harus lebih spontan, lebih berani ngambil resiko, siap dengan segala kemungkinan-kemungkinan. Yang harus dinikmati itu justru proses perjalanannya, dan kejutan-kejutan yang mungkin muncul."
C: "Yang penting itu 'the journey, not the destination'. Gitu, kan?"
---
Setuju, nggak, dengan apa yang dikatakan Rangga? Aku sih iyes! Ya, travelling itu penuh kejutan yang nggak diduga, bahkan proses perjalanan kita pun adalah bagian terpenting dari cerita travelling itu sendiri. Kadang terasa menakutkan, tetapi kita bisa menjadi adiksi pada hal tersebut. Terasa berpetualang, apalagi kalau jalan-jalan sendirian. Kita seakan dilatih berpikir cepat dan solutif, misalnya kita sampai di suatu tempat namun belum tahu nanti bermalam di mana, lalu mencoba searching di internet tentang rekomendasi penginapan, tetapi hape kita habis baterei, lantas langkah kita selanjutnya apa, dst.
Nah, ngomong-ngomong soal Rangga dan Cinta tadi, salah satu tempat wisata yang mereka kunjungi saat di film tersebut adalah Keraton Ratu Boko. Pemandangan yang terlihat sinematik sekali dalam film, adegan setelah hujan gerimis, dengan bagian-bagian candi yang nampak hitam dan rerumputan yang menguning kecoklatan serta dahan dan ranting pohon yang meranggas kering.
![]() |
Gapura Keraton Ratu Boko |
Komplek candi Ratu Boko ini katanya bagus untuk berburu sunset menikmati senja. Terbayang kan bagaimana indahnya peninggalan bangunan antik tersebut berpadu dengan hangatnya sinar matahari yang memancar kuning kemerahan dari arah barat kemudian menembus gapura-gapura candi. Hwaaa...
Bersama rombongan tiba lah di lokasi Keraton Ratu Boko sekitar pukul tiga sore. Kami harus naik puluhan anak tangga dulu karena bus di parkir di bawah. Cukup menghauskan karena nggak bawa air minum sembari berjalan dengan kondisi sedikit berkeringat. Namun pemandangan di sekitar bukit menaikkan lagi semangat kami sebab nampak Candi Prambanan di kejauhan sana. Cantik dan megah.
Untuk tiket masuk wisata ini, teman-teman bisa cek di sini. Tiket masuk tersebut terbedakan tak hanya untuk dewasa dan anak, tetapi juga berdasarkan jamnya (ada harga khusus untuk melihat sunset, lho!).
Setelah masuk pintu tiket, kita menemui peta taman wisata yang terpampang besar dan informasi wawasan untuk pengunjung. Peta taman wisata ini berisi apa saja yang ada dalam komplek Situs Ratu Boko yang di antaranya: tempat parkir, toko cinderamata, restoran, kantor unit, area kemah, pusat informasi, gapura, candi pembakaran, hingga bagian-bagian candi dan situs di dalamnya. Situs Ratu Boko ini merupakan peninggalan sejarah yang bercorak Hinduisme sekaligus Budhisme. Peninggalan ini dibangun pada abad VII-IX M.
Setelah memasuki area situs, kami (saya beserta rombongan) menikmati suasana sore yang segar di bawah pepohonan beralas rumput, tepat di samping Gapura. Beberapa jenak kemudian saya melipir ke arah selatan melihat-lihat area Paseban. Saat menikmati sesuatu yang tak biasa begini, biasanya pikiran saya melayang entah kemana seakan menembus lorong waktu dan mengira-ngira apa yang dulu pernah terjadi di tempat ini.
![]() |
paseban |
Usai dari area Paseban, kembali ke teman-teman yang masih duduk-duduk di rerumputan sembari mencoba mengambil foto-foto berlatar Gapura Ratu Boko. Berlanjut memasuki Gapura, melewati catwalk lurus bagaikan menuju singgasana, aih, sungguh ini luar biasa bagus.
Terus, bagaimana soal sunset indah di mari? Sayang karena keadaan langit juga agak mendung namun syukur tak turun hujan, saya belum bisa merasakan bagaimana suasana jingga cemerlang tersebut. Tak apa, cuaca memang tak bisa diprediksi, seperti hati manusia yang bisa kapan saja berubah.
Berlanjut menikmati luasnya alun-alun dengan rumput hijau luas dan rasanya ingin bergulung-gulung saja di tengahnya. Hihi. Sungguh sayang jika tak mengabadikan foto di kawasan ini.
![]() |
alun-alun |
Di bagian utara ada Candi Pembakaran, tetapi saya hanya sebentar dan tak melihat-lihat dengan detil. Sementara rombongan sudah akan pulang. Yah, beginilah kalau terlalu asyik bermain bareng dengan yang lain, lupa untuk mengexplore lebih banyak mengenai tempat yang kita kunjungi. Pun juga tak sempat mengexplore area Gua dan Gardu Pandang, entah kenapa kok dari jauh terasa agak seram ya areanya, karena berada di ujung.
Dan bodohnya, setelah pulang dan melihat kembali peta, baru menyadari masih ada yang lain yang belum disambangi yaitu Keputren dan Pendopo. Mungkin ini bisa jadi pelajaran kalau jalan-jalan lagi, musti lihat sedalam-dalamnya apa saja di tempat tersebut sehingga tak lagi luput. Tapi, apapun yang sudah terjadi, hendaknya tetap disyukuri, bukan? Karena bisa sampai di tempat ini juga.
Nih, sebuah posting foto dari seorang perempuan yang mencoba berakting seperti tokoh Tina di vidio klip film Kuch Kuch Hota Hai. Hehehe
Perihal bayangan sunset yang luar biasa itu tak dapat terpotret. Ya, sayangnya memang hanya bayangan, dan saya tidak benar-benar mengalaminya. Saya tentu jadi penasaran pada akhirnya. Teman-teman sekalian sudah pernah menikmati sunset di Keraton Ratu Boko, belum? Indah kah?
Wuih, kak Ajeng hafal betul dialog adegan percakapan film sekuel itu 😁
ReplyDeletePenggemar berat ya ? ... hehehe
Jangan kecewa gagal ke area Keputren dan Pendopo, kak .., liburannya ke candi Boko tetap seruuu kok 👍
Iyak, betul, penggemar berat Rangga. Hihihi
DeleteSiap Mas, yang penting pengalamannya yak.
Bet..uuul,kak 😁👌
DeleteNtar kapan ada waktu bisa diulangi lagi.
Pengalaman itu mahal harganya.
Apalagi ngga pake ada diskon ... #WuaaayaahApaIni,EmangTokoLagiNgadainSale 🤣
Aamiin...😁
DeleteOh jangan sampai ada diskon mas, ntar ibu ibu pada nyerbu. Hehee eh ngga cuma ibuibu kali ya.
Dulu sering kesana mbak...Cuma yang jadi pusat perhatianku yaitu rumputnya yang bisa buat ingin main bola , atau kalau bisa digulung aku mau bawa pulang...😂😂😂😂
ReplyDeleteWuakakakaa .. 😂 ...
DeleteNtar kalo rumputnya beneran bisa digulung, pelataran candinya jadi gundul,loooh ...
Setuju sama mas Himawan! Hahah
DeleteJangan ke sana lagi ya kak, nanti dibawa pulang tuh rumputnya. Hwehe #peace memang seger bener hamparan rumputnya.
Smpe hapal dialognya, aku aja gak nonton flim hits tersebut. Belum pernah melipir ke candi buko ini paling ke prambanan doang seringnya.
ReplyDeleteHahaha sempat mencatat dulu kak. Wah, saya malah belum pernah ke candi prambanannya.
DeleteDuhhh bangus banget nih kalo buat prewdding :D
ReplyDeleteWah udah ancang-ancang dong berarti :D
DeleteKalo saya jarang liburan kejauh, maklum masi mahasiswa.
ReplyDeleteHalo, Alek Sander! Salam.
DeleteTidak apa dong, liburan itu tak harus jauh, bukan? Hehe
Entah mengapa, candi-candi itu hamparan rumputnya terlalu luas, bikin kaki pegel saja. Ya itu indahnya jadi seorang traveling, nekat dan siap capek.
ReplyDeleteBegitulah kak, yang penting happy aja sih. Hehe
Deleteyang penting dinikmati :)
Delete...seandainya bisa terbang ya, mas ... kaki ngga bakalan terasa pegal ngitarin halaman rumput di candi.
DeleteTapi kalo bisa terbang, giliran lengan yang jadi pegal-pegal loh buat ngepakin sayap naik turun 😅
Waduh ini imajinasinya sudah melayang layang ya Hahaha
Deletekeren dan asyik tempat wisatanya nich mas
ReplyDeleteHiks, kok mas?
DeleteSempat ke jogja tapi ujungnya ndak sampe maen ke candi ratu boko, malah asyik makan dilesehan. Hahahah
ReplyDeleteHahaa... keasyikan memanjakan perut ya, Bli.
DeleteKalau Mbak Ajeng pasti dalam rangka traveling dan liburan juga.
ReplyDeleteKalau ini kemarin sih dalam rangka studi banding gtu mas, belum pure liburan. :D
Delete