Kalau Anda sedang di Banyuwangi atau mampir ke wisata Pantai Blimbingsari, Anda akan menemui deretan warung ikan bakar yang letaknya di sekitar pantai. Tentu saja akan menjadi suasana makan yang menyenangkan dan sejuk karena berdekatan dengan pantai sembari mendengar gemuruh ombak dan angin semilir. Es kelapa muda (degan) utuh juga akan banyak ditemui di sekitar pantai Blimbingsari, kurang romantis apa, coba? Minum santai di pinggir pantai.
Tetapi yang ini beda. Ikan bakar di gambar atas itu belinya di pinggir jalan yang lumayan jauh dari pantai, saya juga tidak mengamati nama warung ini, bahkan letaknya tepat di titik mana saya abai, tetapi masih berada di jalan pantai Blimbingsari, di rumah penduduk sekitaran bandara Blimbingsari. Sekilas tempatnya tidak meyakinkan. Hanya warung biasa yang ada di depan sebuah rumah. Bersama sahabat, mampirlah untuk membeli namun dibungkus untuk oleh-oleh pulang. Saya pesan dibungkus terpisah antara ikan dan bumbunya, supaya lebih tahan lama.
Ikan bakar ini dibakar dengan capit yang terbuat dari bambu dan ujungnya dipasang pelepah pisang untuk mempererat jepitan bambu tersebut. Ikan-ikan ini diletakkan di sebuah etalase kecil di pinggir jalan untuk menarik pembeli. Sungguh, awalnya memang tidak meyakinkan.
Sesampai di rumah pun, ikan bakar ini masih 'menginap' di kulkas selama 4 hari karena banyak makanan di rumah dan belum sempat tersentuh. Saya tidak terlalu penasaran bagaimana rasanya. Pikir saya yah seperti ikan pindang biasa mungkin. Setelah benar-benar tidak ada lauk di rumah, saya ambil dari kulkas dan memanaskannya ulang termasuk bumbunya.
Setelah saya nikmati bersama nasi, rasanya benar-benar diingat dengan baik oleh lidah saya. Mungkin jika diibaratkan dengan kenangan, ikan ini adalah kenangan yang indah dan berkesan. Rasa bumbunya tersebut asam pedas sedikit manis, tapi pas. Tahan lama sepertinya bumbu ini. Dan ikan bakarnya empuk, tidak terlalu kering walaupun sudah saya bakar ulang. Tidak perlu lauk yang lain jika ingin benar-benar merasakan kekhasan paduan ikan bakar dan bumbu merahnya ini.
Harga untuk satu ikannya Rp11.000 sudah termasuk bumbu merah. Rekom sekali untuk teman-teman yang barangkali nanti berkesempatan ke Blimbingsari maupun pantainya. Jika harus memberi bintang, 4,5 dari 5 bintang. Kok tidak memberi bintang 5? Yah, saya belum tahu kesempurnaan itu seperti apa bentuk dan rasanya. Hehe..
Berminat mencobanya suatu saat nanti?
Berminat jawabanku, kak ☺
ReplyDeleteNanti kalo aku berkesempatan ke Banyuwangi, akan kucoba kulineran ikan bakar capit Blimbingsari ini.
Pengin nikmatin nikmatnya ikan bakar berbumbu sambal medok ... sepertinya sangat enak.
Yuhu Mas, harus itu! btw di Banyuwangi banyak tempat wisata menarik loh, Mas wajib coba huehue, semoga berkesempatan explore ya suatu saat.
DeleteAmiiiin ... semoga suatu saat nanti terlaksana mengeksplore ke Banyuwangi.
DeletePantai-pantai disana juga terkenal keindahannya, ya ... 👍
Nah tuh pantai apa lagi hehehe. Teluk hijau bagus mas, airnya hijau seger pasirnya putih. Hehe sudah lama ku nggak ke sana lagi.
DeleteAjak-ajak aku ke pantai Teluk Hijau,yaa ... 😁
DeleteTapi ijin dulu sama doinya kak Ajeng, takutnya jadi salah paham.
Hahahaaha 😂
wah, beres mas!
DeleteHahha... jangan lupa singgah di Jember kota tembakau juga mas ya.
mantap banget jadi lapar melihatnya, mana saya suka pake banget lagi sama ikan bakar
ReplyDeletesok dicoba! Heheh apalagi selagi hangat, empuk dan bikin lahap kak.
Deleteikan bakar capit Blimbingsari, ya Allah sambelnya itu loh bikin ngiler meski ujung-ujungnya perut gak bersahabat.
ReplyDeleteNgga suka pedes ya kak? gak terlalu pedes sih kak, hehe
DeleteBaca postingan ini jadi inget waktu main ke Lombok dan tinggal di kampung nelayan, dibakarin ikan segar oleh adik dgn sambal yg pedas yum..
ReplyDeleteJadi pingin ke Blimbingsari.
Lokasi wisata lainnya berdekatan juga ya mbak?
Wah, kenangan yang tidak akan dilupakan itu, ya mas. Kalau ke Blimbingsari, sekalian saja explore Banyuwangi-nya mas, tidak cukup jauh, banyak tempat wisata bagus terutama pantai dan teluk.
Deletemenggoda sekaliiiii... bikin laper Part 2
ReplyDeleteAda part 2 nya ya mas irwin hahaha
DeleteMemang harus merasakan sendiri dan menulisnya hehehe. Seperti pos ini, berdasarkan pengalaman sendiri *jempol* Saya suka: rasa ikan ini yang dikaitkan dengan kenangan yang berkesan.
ReplyDeletehe eh kak tuteh, kalau tidak ada kesan yang berarti saya nggk mungkin tuliskan. mau tulis apa kah? rasa yang sudah mati ini? bueh *gaya ka tuteh hahahah
Deletepas dilihat wihhhhh....memang begitu menggugah seleraa nihh mbaa...apalagi liat bumbunyaa..bikin ngilerr nihh ditambah makannya deket pantai sambil menikmati semilir angin dan ombak pantainyaa..
ReplyDeletebumbu merahnyaaa uwah sekali kak. heheh betul itu, nyaman banget kayak ngga pengen pulang.
Delete