Saya sudah jarang jalan-jalan. Jalan-jalannya biasanya adalah #SambilJalan. Perjalanan yang bukan murni holiday, hehe, tetapi semacam sambil menyelam minum air.
Seperti pada awal Mei lalu, saya ke Ngawi, Jawa Timur, karena harus datang ke pernikahan kawan saya. Setiap perjalanan mari kita jadikan cerita.
Pagi itu, 1 Mei, saya memulai perjalanan ini pukul 04.30 WIB. Bukan hal yang luar biasa pagi memang, tetapi saya memulainya dari rumah, dari sudut pedesaan sekitar 30 kilometer dari stasiun. Mengendarai motor matic kesayangan, sendirian, melewati persawahan, dan apesnya, ban motor saya terkena paku kemudian.
Waktu sudah menunjukkan pukul 4.45, sementara kereta berangkat jam 6. Kalau ketinggalan kereta, wah bisa kacau. Saya panik, hari masih gelap, jalanan dan sekitar masih sepi, dan tak ada bengkel yang buka sepagi itu.
Beruntung saya punya bapak juara satu sejagad. 15 menit kemudian bapak datang dengan motor bebeknya, kami bertukar motor, dan saya tak jadi ketinggalan kereta. Saya tidak tahu bapak menambal motornya di mana setelah itu. Bagi bapak, yang penting saya sampai di stasiun dengan selamat dan tepat waktu.
Bersama dengan dua orang kawan, kami berangkat menuju tujuan. Kereta ekonomi, kau tahu lah, penuh penumpang, kadang kotor kalau bertepatan dengan penumpang anak kecil yang banyak makan snack. Tetapi di situlah asyiknya kereta ekonomi, bisa mengamati banyak tipe-tipe manusia dengan tingkah lakunya. Yang aneh-aneh kadang malah jadi hiburan tersendiri.
Karena salah seorang dari kami tak tahan dengan kereta yang penuh, ia ingin segera ke gerbong restorasi atau kereta makan. Di kereta makan memang bisa sedikit leluasa apalagi dengan menikmati sajian dapur kereta. Saya sendiri kalau tak benar-benar lapar atau darurat, makan di kereta itu cukup saya hindari. Ya, kita tahu lah, harga makan dan minum di kereta bisa tiga kali lipat.
Kami menetap 3 hari 2 malam di Caruban. Seusai acara, esoknya kami langsung pulang.
Pulangnya, kami naik dari stasiun Caruban. Apesnya, dengan bawaan tas ransel, beberapa paket oleh-oleh dari teman kami yang menikah, dan sekardus oleh-oleh souvenir pula buat teman-teman satu kelas.
Ah, terima kasih, kawan. Tetapi jika boleh jujur, saya cukup kerepotan membawanya. Kenapa juga mereka yang tak datang ke pernikahanmu, oleh-olehnya kau titipkan pada kami yang sudah bersusah payah meluangkan diri untukmu?
Kami mendapat gerbong nomor 7, sementara kami harus naik dari gerbong 2 (gerbong yang dibuka saat pemberhentian kereta). Kereta berjalan, dan kami harus menyusuri gerbong demi gerbong yang sudah penuh penumpang, dengan membawa barang dan bawaan overload. Peluh menetes, lelah, dan ingin marah. Saya putuskan berhenti di gerbong 5 dulu, lah. Tangan saya ngilu. Mau nangis rasanya.
Pukul 7 malam sampai di stasiun Jember dengan perjalanan selama 7.5 jam. Tetapi... saya harus bingung lagi, bagaimana saya harus membawa bawaan sebegitu banyak sementara saya tak membawa motor matic saya itu? Saya pakai motor bebek milih bapak karena kejadian ban kempes itu.
Jalan yang saya tempuh akhirnya, menitipkannya di parkiran stasiun, dan meminta kawan saya yang lain mengambilnya. Sementara saya melesat pulang sebab hari sudah malam... Sungguh tak ada maksud mengabaikan amanah, tetapi itu semampu yang bisa saya lakukan.
Kawan, mungkin ini bukan perjuangan yang cukup besar, tetapi itu buatmu. Semoga kau dan kasihmu terus bahagia...
Cerita ini dapat ditonton pula di versi video blog di kanal youtube saya. Jika berkenan, silakan disubscribe, ya.
Seperti pada awal Mei lalu, saya ke Ngawi, Jawa Timur, karena harus datang ke pernikahan kawan saya. Setiap perjalanan mari kita jadikan cerita.

Pagi itu, 1 Mei, saya memulai perjalanan ini pukul 04.30 WIB. Bukan hal yang luar biasa pagi memang, tetapi saya memulainya dari rumah, dari sudut pedesaan sekitar 30 kilometer dari stasiun. Mengendarai motor matic kesayangan, sendirian, melewati persawahan, dan apesnya, ban motor saya terkena paku kemudian.
Waktu sudah menunjukkan pukul 4.45, sementara kereta berangkat jam 6. Kalau ketinggalan kereta, wah bisa kacau. Saya panik, hari masih gelap, jalanan dan sekitar masih sepi, dan tak ada bengkel yang buka sepagi itu.

Beruntung saya punya bapak juara satu sejagad. 15 menit kemudian bapak datang dengan motor bebeknya, kami bertukar motor, dan saya tak jadi ketinggalan kereta. Saya tidak tahu bapak menambal motornya di mana setelah itu. Bagi bapak, yang penting saya sampai di stasiun dengan selamat dan tepat waktu.
Bersama dengan dua orang kawan, kami berangkat menuju tujuan. Kereta ekonomi, kau tahu lah, penuh penumpang, kadang kotor kalau bertepatan dengan penumpang anak kecil yang banyak makan snack. Tetapi di situlah asyiknya kereta ekonomi, bisa mengamati banyak tipe-tipe manusia dengan tingkah lakunya. Yang aneh-aneh kadang malah jadi hiburan tersendiri.
Karena salah seorang dari kami tak tahan dengan kereta yang penuh, ia ingin segera ke gerbong restorasi atau kereta makan. Di kereta makan memang bisa sedikit leluasa apalagi dengan menikmati sajian dapur kereta. Saya sendiri kalau tak benar-benar lapar atau darurat, makan di kereta itu cukup saya hindari. Ya, kita tahu lah, harga makan dan minum di kereta bisa tiga kali lipat.
Kami menetap 3 hari 2 malam di Caruban. Seusai acara, esoknya kami langsung pulang.
Pulangnya, kami naik dari stasiun Caruban. Apesnya, dengan bawaan tas ransel, beberapa paket oleh-oleh dari teman kami yang menikah, dan sekardus oleh-oleh souvenir pula buat teman-teman satu kelas.
Ah, terima kasih, kawan. Tetapi jika boleh jujur, saya cukup kerepotan membawanya. Kenapa juga mereka yang tak datang ke pernikahanmu, oleh-olehnya kau titipkan pada kami yang sudah bersusah payah meluangkan diri untukmu?
Kami mendapat gerbong nomor 7, sementara kami harus naik dari gerbong 2 (gerbong yang dibuka saat pemberhentian kereta). Kereta berjalan, dan kami harus menyusuri gerbong demi gerbong yang sudah penuh penumpang, dengan membawa barang dan bawaan overload. Peluh menetes, lelah, dan ingin marah. Saya putuskan berhenti di gerbong 5 dulu, lah. Tangan saya ngilu. Mau nangis rasanya.
Pukul 7 malam sampai di stasiun Jember dengan perjalanan selama 7.5 jam. Tetapi... saya harus bingung lagi, bagaimana saya harus membawa bawaan sebegitu banyak sementara saya tak membawa motor matic saya itu? Saya pakai motor bebek milih bapak karena kejadian ban kempes itu.
Jalan yang saya tempuh akhirnya, menitipkannya di parkiran stasiun, dan meminta kawan saya yang lain mengambilnya. Sementara saya melesat pulang sebab hari sudah malam... Sungguh tak ada maksud mengabaikan amanah, tetapi itu semampu yang bisa saya lakukan.
Kawan, mungkin ini bukan perjuangan yang cukup besar, tetapi itu buatmu. Semoga kau dan kasihmu terus bahagia...
Cerita ini dapat ditonton pula di versi video blog di kanal youtube saya. Jika berkenan, silakan disubscribe, ya.
Saya suka quotenya, setiap perjalanan adalah cerita 👍👍👍
ReplyDeleteJadinya pergi kondangan sekaligus kurir suvenir nih ? hehehehe
Kadang prosesnya itu yang penuh cerita bang day. Heheh... Begitu lah bang day, malah jadi kurir. Huhu
DeleteSemioga gak ada yang nitip kulkas sebagai suvenir yah
DeleteSaya belum pernah naik kereta, tapi setelah membaca artikel ini jadi merasakan naik kereta itu bagaimana,..pasti terkadang desak-desakan teh ya,..apalagi mau pulang lebaran 😀,..salam kenal teh, saya kuanyu, blogger dari kota pangjal pinang,..kalau ada waktu bolehlah mampir 😀
ReplyDeleteKapan kapan bisa dicoba naik kereta ya mas kuanyu heheh. Salam kenal kembali, siap meluncur!
DeleteAduh kasihan adik ini. numpak kereta sendirian..nggak takut di culik penjahat....
ReplyDeleteKalau penjahatnya Mas admin triknews nggak apa2. ...kalau penjahatnya nggak punya hati gimana coba....!!!
Pas sama persis komentar diatas di channelmu nduk....
DeleteTak kasih like, tak kasih palu gede juga tombol merahnya...swerrr. nggak ngapusi...coba cek ke channelnya deh...
Kamu pasti menemukan hatiku tertinggal disana....
Asshiaappp kak admin triknews heheh... Sudah saya subred balik. Terima kasih sudah mampir di #sambiljalan ya kak. Hehe
DeleteMas asnaji,..gombalan mautnya membuat wanita klepek-klepek,..ha-ha 😂😂😂
DeleteMas asnaji suka begitu mas kuanyu hahhaa ada ada saja
DeleteSelamat Hari Raya Idul Fitri mbak Ajeng. mohon maaf lahir dan bathin.
ReplyDeleteRamai sekali di dlm kereta, pasti bawa barang banyak repot sekali ya mbak, tapi kenapa sih teman yg nikah malah nitip banyak...
Kalau motor matic saya, bannya saya ganti dgn Ban Tubelees (nggak pakai ban dalam) dan dalamnya diisi cairan, jadi anti paku, kena paku nggak bakalan bocor, dan harganya juga hampir sama dgn ban biasa.
Terima kasih ucapannya mas aris, mohon maaf lahir dan batin juga ya mas jika pernah ada salah sengaja maupun tidak.
DeleteBenar mas aris, sangat repot di kala ramai orang dan bawaan bertambah tambah. Wahh bisa jadi masukan nih siapa tau bisa diganti juga ban motor saya hehe
membawa barang 7,5 kg dari gerbong 2 ke gerbong 7, saya udah kebayang udah pegelnya kayak apa, tapi syukurlah selamat hingga pulang ke rumah, perjalanan adalah cerita :)
ReplyDeletemelibatkan emosi juga, jadi pengen marah-marah saat itu. Heheh. Betul, sukur smpai rumah yaa
DeleteAkhirnya bisa juga naik kereta dan tidak ketinggalan, selamat punya bapak yang juara hehehe. Btw kayaknya kereta ekonomi sekarang juga bagus ya mbak kok sampai sumpek seperti itu ya...
ReplyDeleteIya mbak, bagus kereta ekonomi sekarang. Bersih dan berAC pula. Kalau hanya sedang ramai saja yang cukup melelahkan. Hehe
DeleteWahhh perjuangan yang tak sia sia lah ya
ReplyDeleteYang penting sampai rumah kembali mas hehe
DeleteWueheheh iya mbaa, perjuangan kelanjutannya dilanjutin simasnya wuehehe, smngt masnyaa :D
DeleteWow, aku selalu suka trip dengan kereta... atau mobil.
ReplyDeleteAyah memang selalu jadi penyelamat, ya😅
Ayahku juga begitu. Selelah apapun, selalu aku yang diutamakan.
Duh aku jadi kepingin jalan-jalan naik kereta api.
Udah lama banget.... :'(
Kak Ran juga begitu ya? Syukurlah, ayah memang the best. Hehe ayo jalan2 kak ran naik kereta api.
DeleteNaik sepeda motor lebih asyik loh..anginnya sangat sejuk
ReplyDeletetergantung jaraknya toh kak haha
DeleteDulu saya naik kereta ekonomi ya bersih-bersih aja tuh mba. wkwkwkwkwkwkkw
ReplyDeletekecuali ada anak anak kecil dg snacknya mas hehe
DeleteHai mbaknyaaaa
ReplyDeleteBaru pertama kali ke blog ini nih. Salam kenal...
Setiap naik kereta mah selalu ada ceritanya sendiri. Apalagi kalo naik kereta ekonomi, bisa ngamatin tingkah laku orang. Dan yang paling penting, ngamatin dedek-dedek gemes dan cantik anak sekolahan, wkwkwkwk
Rasanya pengen gw nafkahin, wkwkwkwk
halo masnya, salam kenal kembali ya.. makasih sudah kesasar kemari. heheh
Deletewaduh,, naik kereta ekonomi ada ada saja pokoknya yang bisa diamati hehe
makasih kak informasinya...
ReplyDeletemampir ke blog ana juga yaa
Trima kasih kembali
DeleteKlo aq pertama kali akan naik kereta malah ketinggalan.. Al hasil tiket 450rb hangus... Ckkcck
ReplyDeleteYahh gak sempat mengurus penundaan ya kak
DeleteBener juga ya, mereka yang gak datang kok kita yang repot :D
ReplyDeleteTentu saja tidak masalah kalo itu tidak terlalu merepotkan, semoga teman-temannya tidak mengulang lagi ya titip2 begitu. Hahaha
Benar mbak, kenapa harus dibebankan kepada yg sudah lelah lelah meluangkan waktu. Huhu
Delete