Solo riding atau istilah rakyatnya motoran sendirian paling jauh yang pernah saya lakukan pertama kali adalah dari Kota Batu, Malang - Jember (Jember pelosok). Kok nggak Jember - Malang?
![]() |
dengan kondisi lelah dan buluk tak karuan selfi dengan timer. hehe |
Jadi begini cerita awalnya...
Saya dan seorang kawan berangkat dari Jember ke Malang hari Sabtu dengan tujuan sekedar jalan-jalan. Berdua, cewek-cewek. Kami tidak naik kereta karena kawan saya inginnya naik motor dengan harapan dapat lebih hemat, katanya. Ndelalah kondisi berkata lain.
Sesampai di Malang sana, ia teringat kalau harus buru-buru pulang di hari berikutnya alias nggak bisa weekend lama-lama, karena jadwal tugas. Sungguh sebenarnya saya kecewa, berangkat bareng tapi kok pulangnya nggak bareng. Sudah terlanjur, ibarat cinta, saya harus melepas seseorang yang memang ingin pergi. Meski ia sempat menawarkan, "Bagaimana, kamu maunya pulang denganku atau tidak?"
Dan saya mengartikannya sebagai pertanyaan yang tidak perlu jawaban. Bagi saya, itu seharusnya tidak perlu dipertanyakan. Sepertinya keinginan ia untuk pulang sendiri naik kereta sudah lebih besar persentasenya. Ya barangkali salah, tafsiran manusia selalu bercabang.
Singkat cerita saya pulang sendiri hari Minggu naik motor beat putih yang sudah kelelahan karena sehari sebelumnya sudah jalan dari Jember hingga daerah Kepanjen, Malang (171 Km). "Maafin aku ya, Bit".
Selama perjalanan, saya mengalami hal-hal mendebarkan ini:
HUJAN DERAS DISERTAI PETIR
Rute yang saya lewati yaitu Malang - Pasuruan - Probolinggo - Lumajang - Jember - Jember pedesaan (rumah).
Sepanjang Kota Probolinggo, bertepatan dengan hujan deras disertai petir berkilat-kilat di ujung jalan sana. Motor harus tetap melaju agar lekas sampai rumah dan tidak kemalaman. Saya sudah tidak peduli dengan kepala yang agak nyut-nyutan karena terperangkap helm berlapis mantel. Maju terooos...
Ngomong-ngomong, saya masih sempat mampir di Danau Misterius Ranu Grati, sejak lama saya ingin mampir ke mari. Cerita lengkapnya klik tautan tersebut.
![]() |
Melihat bapak ini memancing, cukup relaxing bagi saya. |
SAYA TAK HAPAL JALAN DAN HP MATI
Sebenarnya bukan sekali ini melewati jalan jalur Malang - Jember. Cuma karena ini sendirian, sedangkan biasanya rombongan bareng keluarga, jadi terasa beda. Takut salah jurusan. Karena salah jurusan itu menyesakkan, seperti sekolah saja, ah.
Anak sekarang harusnya nggak perlu takut salah jalan, kan sudah ada GPS, ada google maps. Berhubung HP saya mati, mampuslah. Sudah hujan, tertimpa baterei kosong. Lalu saya terpikir "Ah, jaman dulu nggak ada internet aja orang bisa jalan-jalan."
Alhasil saya cukup melihat rambu-rambu dan jalannya kendaraan bermotor. Kalau masih ramai, saya masih di jalan yang benar. Hehe.
MOTOR MOGOK KARENA BELT PUTUS
Hari kian sore, saya memacu motor secepat mungkin. Saya tidak ingin ketemu malam. Saya ingin lekas sampai rumah dan mengistirahatkan diri. Namun skenario berkata lain.
Di jalan bulak'an (daerah dengan kanan kiri tiada rumah, hanya sawah atau kebun, hanya jalan yang panjang, motor saya tiba-tiba berhenti perlahan. Sepertinya rantai (belt) motor saya putus. Saya mulai gugup. Konon daerah tersebut rawan begal.
Saya langsung menepikan motor. Di antara bingung harus ke mana, saya disadarkan oleh dua orang pemuda.
Mereka bertanya, "Kenapa motornya, Mbak?"
"Nggak tahu, Mas. Bisa bantu saya, Mas?" Ya, tanpa basa-basi saya meminta bantuan mereka.
Beruntungnya, di sebelah tempat saya menepikan motor adalah bengkel. Bengkel tempat anak-anak muda utak atik mesin. Saya bahkan baru sadar jika itu bengkel. Saya bersyukur dalam hati.
Ada ketakutan tersendiri saat motor saya diutak-atik sekelompok anak muda tersebut. Saya khawatir keselamatan saya justru. Iya, saya takut, di daerah sepi begitu, cuma saya perempuan di situ. Tapi saya tenangkan diri dan berlagak santai sembari menumpang charge hape.
Saat saya hubungi teman saya, ia merespon, "Loh, kamu habis jatuh, kah?"
Hmm... Padahal ini motor karena kelelahan dipakai kita berdua berjam-jam dan kepanasan.
UANG HABIS
Setelah motor selesai, uang cash saya tak cukup untuk membayar. Ini juga yang saya sesalkan. Teman saya meminta naik motor untuk berhemat, sementara ia pulang sendiri naik kereta, dan uang saya juga sempat ia pinjam. Ah, sebuah ironi.
Dengan meminta bantuan salah satu anak muda di situ, saya ke daerah sebelah untuk ambil uang di ATM. Masih bisa ditarik 100ribu. Lumayan lah, jadi pas, masih bisa untuk beli bensin sewaktu pulang.
--------------
Banyak hikmah yang saya ambil dari perjalanan ini. Tentang membela orang lain (kadang yang tulus jalannya nggak mulus), tentang belajar memaafkan dan tak menumpahkan amarah, dan tentang survive. Buat saya ini pengalaman berharga. Tidak akan ada cerita jika saya tidak mengalaminya.
Dan... Selanjutnya, sesampai rumah, saya menangis sejadi-jadinya dalam diam atas kelelahan hari itu. Antara lelah, terharu dengan diri sendiri, dan kecewa seakan bersatu menggempurku.
ah hoax nih, gak ada foto motornya hehehe
ReplyDeleteSalut euy, terbukti tangguh, hujan petir dan putus rantai berhasil dilewati
DeleteGak sempat foto2 bang day, karena waktu itu hp kan mati. Heheh #alasan
Deletebaiklah :)
DeletePengalaman yg nggak mengenakkan sekali, apalagi perempuan pergi jauh sendirian, semoga tak terulang lagi mbak
ReplyDeleteIya mas aris, semoga tak terulang. Serem.
DeleteAku salut dan bangga banget sama kamu, mbak. Berani pergi jalan sendiri. Kalo aku dengan situasi seperti itu udah pasti panik dan nangis, gak tau deh mau ngapain. Syukur mbak nggak apa2 yah. Untungnya pemuda2 itu bukan begal. Ngeri betul mbak pengalamannya.
ReplyDeleteBetul Kak Ran. Alhamdulillah mereka orang baik-baik. Saya juga semacam ngeri-ngeri sedap waktu itu.
DeleteNgeri banget mbak. Aku dulu pernah juga ke bali lewat banyuwangi. Serem banget jalan gelap gulita..
ReplyDeletewah kalau jalan ke banyuwangi memang jadi ngeri mas kalau malam apalagi
Delete